Pendawa || NGAWI – Drama busuk seleksi perangkat desa Tirak mencapai puncaknya hari ini di SMPN 1 Kwadungan. Bukan kompetensi yang diuji, melainkan kekuatan dinasti Kepala Desa (Kades) Tirak.
Sang putra mahkota, yang ironisnya masih berstatus NARAPIDANA aktif di LAPAS MADIUN terkait kasus Narkotika, diyakini hampir 100% pasti akan menduduki jabatan perangkat desa. Ini bukan lagi dugaan, melainkan pelecehan terang-terangan terhadap hukum dan akal sehat publik.
Kepala Desa Tirak, sebagai dalang utama di balik skenario memalukan ini, mempertontonkan arogansi kekuasaan yang tak tersentuh. Gelombang protes masyarakat desa dan gempuran media dianggap tak lebih dari “angin lalu”.
Perjuangannya yang gigih meloloskan sang putra, si pecundang hukum, jelas membuktikan bahwa jabatan di desa ini adalah hak waris pribadi, bukan amanah rakyat.
Dugaan adanya dukungan di balik layar yang sangat kuat kini menjadi keyakinan, menggerus sisa-sisa kepercayaan publik. Kepada para Panitia Pelaksana Seleksi, yang notabene adalah kroni dan anak buah setia Kades Tirak, integritas kalian dipertanyakan! Kalian adalah tangan kotor yang menjalankan skenario rekayasa ini.
Warga sudah yakin, hasil test hari ini hanyalah formalitas kosong, sebuah cap stempel atas nama yang telah diputuskan. Anda bukan penjaga gerbang keadilan, melainkan ‘angka ikut’ yang siap menjilat kekuasaan, menghancurkan transparansi demi satu nama, Putra Kades.
Lalu, di mana suara Camat Kwadungan dan para Aparat Penegak Hukum (APH) setempat? Sikap diam dan pengabaian kalian terhadap kegaduhan ini adalah persetujuan tak langsung, Ketika protes warga dibiarkan menguap dan kasus narapidana diloloskan secara administrasi, Anda menunjukkan bahwa hukum di mata kekuasaan desa bisa tumpul.
Jangan biarkan dugaan warga bahwa Camat dan seluruh jajaran hanyalah “angka ikut” di bawah telunjuk Kades Tirak menjadi fakta yang tak terbantahkan. Kehadiran LPK-YAPERMA yang mengawal protes warga menguatkan sinyal bahaya.
Mereka menegaskan, jika putra mahkota ini benar-benar lolos, maka proses ini sudah pasti direkayasa sejak awal, meniru dugaan skandal yang pernah terjadi di Desa Pojok Kwadungan.
Janji pemantauan mereka kini menjadi ancaman serius bagi semua pihak terkait. Akankah ini berakhir dengan proses hukum, atau hanya sekadar gertak sambal yang akan dipaksakan seolah-olah semua berjalan normal.
Desa Tirak hari ini mengajarkan satu hal, Kekuasaan Kades lebih tinggi daripada keadilan dan hukum di negeri ini. Tanpa intervensi tegas dari level yang lebih tinggi,
“Nasib perangkat desa Tirak sudah dipastikan jatuh ke tangan seorang narapidana narkotika merayakan kemenangan di atas penderitaan moral dan hilangnya integritas. Semua pihak terkait patut malu dan harus bertanggung jawab” tandas LPK-YAPERMA
