Perekrutan Perangkat Desa Kwadungan Diduga Syarat Nepotisme, Ujian Hanya Formalitas, Peserta Pulang Dengan Kekecewaan

Picsart 25 11 26 16 54 02 194 scaled

Pendawa || NGAWI – Proses seleksi penjaringan perangkat desa di Kwadungan, Kecamatan Kwadungan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, menuai badai kekecewaan dan dugaan praktik nepotisme menyeruak kembali.

Berdasarkan pantauan serta data yang dihimpun di lapangan, Ujian yang diikuti 23 peserta untuk mengisi posisi Kepala Dusun (Kasun) di nilai hanya formalitas, sementara hasil kelulusan sudah terprediksi sebelumnya.

Selain itu, Ujian yang diselenggarakan di Balai Desa Kwadungan pada Rabu, 26 November 2025, menghadirkan tim penguji dari akademisi IKIP Madiun. Namun, pengumuman hasil ujian langsung disambut dengan raut kekecewaan mendalam dari para peserta yang tidak lolos.

Bahkan peserta yang dinyatakan lulus adalah Lathifah Fajar, yang meraih nilai 89. Kemenangan ini sontak memicu kritik tajam, mengingat Lathifah Fajar, warga Madiun, adalah keluarga dari salah satu perangkat Desa Kwadungan setempat.

“Kami sudah menduga, yang akan lulus adalah Lathifah Fajar. Dugaan itu benar. Saya kecewa sekali, ada kejanggalan yang terasa saat ujian berlangsung,” tutur salah satu peserta yang enggan disebutkan namanya, mengungkapkan rasa takut sekaligus kekecewaannya.

Panitia yang tidak kami sebutkan nama nya memgakui dugaan Ketidak jelasan Pembentukan panitia begitu kuat adalah tunjuk sehingga menimbulkan Dugaan ketidak transparan kian menguat dari internal panitia penyelenggara, sehingga Saat dikonfirmasi, salah satu anggota panitia tersebut mengaku tidak mengetahui secara pasti proses awal pembentukan panitia maupun penunjukan tim penguji.

“Kami ditunjuk begitu saja, diberitahu oleh teman. Kami tidak tahu-menahu soal awal pembentukan dan penentuan tim penguji,” ungkap salah satu anggota panitia,bahkan yang berkomunikasi ke pihak pemberi soal atau team penguji adalah pak carik yang selaku anggota panitia juga

Pengakuan ini tentunya mengindikasikan bahwa rantai pembentukan panitia terputus dan prosesnya tidak terbuka sejak awal.

Yang lebih miris lagi, Didik selaku camat Kuwadungan saat dikonfirmasi, justru ia setelah menyalami awak media dan team LPK-YAPERMA langsung menaiki mobil dinas plat merahnya dan mengarahkan awak media untuk “ngobrol sama Mbah lurah saja dulu,” sebelum bergegas pergi.

Sikap ini dinilai sebagai kegagalan Camat Kwadungan dalam menjalankan fungsi pembinaan dan menambah panjang daftar kontroversi di wilayahnya.

Sementara Kepala Desa juga memberikan tanggapan yang sama sekali tidak kooperatif. Sutrisno alias Gembloh dari Tim LPK-YAPERMA, yang melakukan investigasi berdasarkan aduan masyarakat, hanya mendapat respons sinis. “Aku wes ngerti karepmu mbloh gembloh,” ujar Kades, menunjukkan sikap meremehkan terhadap upaya konfirmasi.

Saat ini, Tim LPK-YAPERMA tengah melanjutkan investigasi mendalam, setelah aduan dari warga menguatkan desas-desus bahwa calon yang lolos memang merupakan keluarga dari perangkat desa setempat.

Hasil seleksi ini menjadi preseden buruk bagi tata kelola desa yang bersih dan transparan.
Bagaimana, apakah Anda ingin saya mencari tahu tindak lanjut atau respons resmi dari Pemerintah Kabupaten Ngawi terkait isu dugaan nepotisme ini.(Bersambung……..) Team redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WhatsApp
URL has been copied successfully!